Senin, 01 April 2013

Pertarungan Jokowi-Foke: Pertarungan Ideologi Pembangunan


Pertarungan antara Jokowi dan Foke  untuk memperebutkan jabatan gubernur DKI Jakarta sesungguhnya adalah pertarungan antara dua ideology pembangunan:  kapitalisme dan kerakyatan (Pancasila)
Seperti diketahui meskipun secara resmi Pancasila telah ditetapkan sebagai ideologi negara tapi secara defacto tidak pernah dilaksanakan dalam praktek pembangunan di Indonesia. Sebagai gantinya yang diterapkan dalam pembangunan adalah ideolog kapitalisme yang mengutamakan akumulasi modal dan pasar bebas.
Selama ini dalam pemilu presiden maupun pildaka yang terjadi hanya sekedar pertarungan figur, yang sama sekali tak melibatkan pertarungan ideologi pembangunan. Ini karena program yang diusung para calon presiden dan kepala daerah ideologinya sama: kapitalisme. Baru sekarang ini terjadi suatu pemilukada yang tidak hanya  melibatkan pertarungan antar figure tapi sekaligus  pertarungan ideologi pembangunan. 
Ideologi  kapitalisme  seperti diterapkan Foke di DKI selama ini menempatkan modal besar sebagai motor pembangunan. Mereka boleh melakukan ekspansi usaha apa saja tanpa batas. Kalau perlu dengan menyingkirkan pemukiman legal maupun liar,  usaha kecil dan menengah tanpa harus memikirkan bagaimana hidup mereka selanjutnya. Mereka juga tak wajib memikirkan daya dukung lingkungan. Termasuk dampaknya terdapat banjir dan kemacetan lalu-lintas. Tujuan tunggal mereka hanyalah akumulasi modal
Peranan penguasa  di sini  sebagai agen untuk mengamankan usaha mereka dari hambatan warga kota yang lahannya diincar untuk pengembangan usaha. Dan dari tuntutan para buruh yang menginginkan kenaikan upah
Sementara ideologi  Pancasila yang selama ini diterapkan Jokowi di Solo memprioritaskan pembangunan  kepada kelompok masyarakat  yang belum beruntung. Penguasa wajib memberdayakan dan melindungi mereka dari ancaman pemodal besar agar usaha kecil dan menengah juga bisa berkembang
dan kesejahteraan  masyarakat bisa meningkat secara wajar. Aktivitas modal besar wajib dikendalikan agar tidak melampaui daya dukung lingkungan.
Dengan ideologi yang diusung Jokowi ini tak mengherankan kalau kemudian muncul isu para pengusaha besar rame-rame menggerojok dana agar Foke memenangkan pertarungan. Mereka tidak ingin ekspansi usaha mereka terhambat di Jakarta karena Jokowi yang menjadi Gubernurnya. Sebab ia satu-satunya kepala daerah yang berani menolak pembangunan mal seperti yang terjadi di Solo.
Pertarungan Jokowi dan Foke adalah pertarungan antara perubahan dan status-quo. Kemenangan Jokowi mungkin  akan membuka jalan bagi  persemaian ideologi Pancasila di  tingkat nasional dan juga di daerah-daerah. Sedangkan kalau Foke menang itu artinya kapitalisme tetap jaya di Indonesia. Karena Jakarta adalah barometer 

Recent Posts