Ada berita menggelitik yang dilansir situs berita
merdeka.com tentang minyak Iran di Indonsia. Di satu sisi situs tersebut
mengungkapkan AS bakal memberi sanksi 12 negara, termasuk Indonesia, karena membeli minyak Iran. Di sisi
lain situs tersebut juga mengungkapkan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, mengaku telah ditawari untuk membeli minyak dari Negeri Mullah itu seolah-olah Indonesia tak pernah membeli minyak Iran. Dan Pertamina juga secara resmi membantah
Indonesia membeli minyak dari Iran.
Situs berita itu melaporkan bahwa Departemen Luar Negeri
Amerika Serikat telah merilis daftar negara yang terancam kena sanksi karena
membeli minyak mentah Iran. Seperti dilaporkan kantor berita Reuters, Kamis
(22/3 2013), Negeri Paman Sam itu sudah mencabut sanksi dari Jepang dan sepuluh
negara anggota Uni Eropa karena telah memutus pembelian minyak dari Negeri
Mullah itu,
Sementara AS telah mendaftar 12 negara lainnya yang
akan dikenakan sanksi. Negara-negara itu adalah: 1. RRC, 2. India, 3. Indonesia,
4. Korea Selatan, 5. Malaysia, 6. Pakistan, 7. Filipina, 8. Singapura, 9.
Afrika Selatan, 10. Sri Lanka, 11 Taiwan, dan 12 Turki. Menurut Reuter,
Indonesia termasuk negara ketiga terbesar di dunia yang mengimpor minyak dari
Negeri Mullah itu.
Pemberlakukan sanksi keuangan ini sebagai tekanan agar Iran
menghentikan program nuklir mereka. Washington bersama negara-negara Barat
lainnya meyakini Teheran sedang mengembangkan senjata nuklir. Tuduhan ini telah
berkali-kali dibantah.
PT Pertamina (Persero) mengaku belum pernah membeli minyak dari Iran ataupun menjadi pelanggan Iran dalam impor minyak mentah. Dengan demikian, pihaknya mengaku tidak khawatir dengan ancaman Departemen Luar Negeri Amerika yang bakal memberikan sanksi karena 12 negara yang membeli minyak dari Iran.
PT Pertamina (Persero) mengaku belum pernah membeli minyak dari Iran ataupun menjadi pelanggan Iran dalam impor minyak mentah. Dengan demikian, pihaknya mengaku tidak khawatir dengan ancaman Departemen Luar Negeri Amerika yang bakal memberikan sanksi karena 12 negara yang membeli minyak dari Iran.
"Kita belum ada impor minyak dari Iran. Impor kita
kebanyakan dari Arab Saudi, kemudian ada beberapa negara lain seperti
Azerbaijan dan ada juga dari kawasan Asia. Jadi justru kita tidak impor dari
Iran," ungkap VP Corporate Communication Mochamad Harun di Jakarta, Kamis
(22/3).
Harun menjelaskan impor minyak Indonesia kebanyakan berasal
dari market trading yang ada di dunia. Sedangkan minyak dari Iran tidak ada di
market tersebut. "Even dari spot pun tidak ada minyak yang dari
Iran," tegasnya.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku
baru saja didatangi pejabat asal Iran yakni duta besar Iran dan utusan
Kementerian Energi Iran. Dahlan mengatakan, mereka datang untuk menawarkan
minyak mentah Iran untuk dibeli Pertamina. Bahkan, Iran menawarkan dengan harga
yang murah.
"Dia (pejabat Iran) bilang kita kan punya minyak, cocok
untuk kilang Indonesia, kalau kami bisa memberi murah dan tidak ada
kongkalikong mungkin Indonesia bisa membelinya," ucap Dahlan menirukan
kata-kata pejabat Iran tersebut di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (4/4).
Menanggapi tawaran tersebut, Dahlan hanya meminta pihak Iran
untuk datang langsung ke Pertamina. Dahlan juga mengaku tidak memberikan
keputusan apapun karena ini terkait aksi koorporasi.
"Saya suruh datang ke pertamina, saya tidak dalam
kapasitas untuk memberi respons. Silakan ke Pertamina, silakan direksi yang
memutuskan," ucap Dahlan.
Tapi Agustus tahun 2012 Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia
untuk Republik Islam Iran, Dian Wirengjurit menyatakan Jakarta akan terus membeli minyak
mentah Iran walaupun ada ancaman sanksi dari AS. Ini menunjukan bahwa memang ada pembelian minya Iran oleh Indonesia
"Indonesia membutuhkan kerja sama dan transaksi perdagangan dengan Iran, pembelian terutama minyak, dan akan melanjutkan kerja sama ini," ujarnya seperti dikutip IRNA, Senin (6/8).
Ia memuji kemajuan Iran di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia juga menyuarakan keinginnan Indonesia untuk menggunakan pengalaman Iran di daerah tersebut.
"Indonesia, sebagai negara berkembang, sangat membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan infrastruktur yang diperlukan, dan pengalaman Iran dapat membantu dalam hal ini," beber Wirengjurit.
"Indonesia membutuhkan kerja sama dan transaksi perdagangan dengan Iran, pembelian terutama minyak, dan akan melanjutkan kerja sama ini," ujarnya seperti dikutip IRNA, Senin (6/8).
Ia memuji kemajuan Iran di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia juga menyuarakan keinginnan Indonesia untuk menggunakan pengalaman Iran di daerah tersebut.
"Indonesia, sebagai negara berkembang, sangat membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan infrastruktur yang diperlukan, dan pengalaman Iran dapat membantu dalam hal ini," beber Wirengjurit.
Tak lupa ia juga menegaskan bahwa Indonesia mendukung hak Iran untuk
mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan sipil. Pada awal 2012, AS dan Uni
Eropa menyetujui sanksi baru terhadap minyak Iran dan sektor keuangan.
Pertanyaannya kenapa keberadaan minyak Iran di Indonesia
sepertinya ditutup-tutupi oleh Pertamina? Apakah ini karena Petral sebagai anak perusahaan
Pertamina tidak membeli secara langsung minyak dari negara asalnya. Sehingga
yang dapat untung minyak murah Iran adalah para pedagang minyak rekanan Petral,
bukan rakyat Indonesia. Seperti diketahui saat ini pertamina terus mendesak
pemerintah untuk menaikan harga BBM dengan alasan harga minyak mentah sudah
terlalu tinggi.