Sby dan Ibas di Arena KLB Bali. tempo.co.id |
Pupus sudah harapan masyarakat melihat Partai Demokrat
mereformasi dirinya sendiri dalam KLB di Bali yang barusan usai. Partai
pemenang pemilu ini tetap saja meneruskan kebiasaan rangkap jabatan di
pemerintahan/legislatif dan partai. Dan Partai Demokrat tetap mempertahankan
citranya sebagai partai dinasti.
Pelestarian rangkap jabatan terjadi ketika Susilo Bambang
Yudhoyono yang sekarang menjabat Presiden RI turun sendiri menjadi Ketua Umum Parta
Demokrat. Selain sebagai Ketua Umum, di PD Sby juga merangkap sebagai Ketua
Majelis Tinggi dan Ketua Dewan Pembina.
Rangkap jabatan tak berhenti sampai di situ, Sby menunjuk
pejabat aktif, Menteri Koperasi, Syarif Hasan sebagai Ketua Harian. Lalu Wakil
Ketua Majelis Tinggi dipegang oleh Ketua DPRD, Marzuki Alie. Posisi Sekretaris
Dewan Pembina Partai Demokrat yang semula ditempati Andi Malarangeng digantikan
Jero Wacik yang sekarang menjabat sebagai Menteri ESDM.
Padahal masih segar dalam ingatan kita semua Sby pernah
meminta para menteri dari parpol agar focus ke pekerjaannya sebagai menteri
karena adanya gelagat mereka mulai sibuk mempersiapkan pemilu. Tapi kini Sby
sendiri yang turun menjadi Ketua Partai, yang berarti ia tidak hanya mengurus
bangsa ini tapi juga partainya.
Yang lebih dramatis adalah tampilnya bapak-anak sebagai pemimpin Partai Demokrat. Kalau sang ayah Sby memegang jabatan sebagai Ketua Umum, sang anak Edhie Baskoro Yudhoyono tidak mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Jendral.
Yang lebih dramatis adalah tampilnya bapak-anak sebagai pemimpin Partai Demokrat. Kalau sang ayah Sby memegang jabatan sebagai Ketua Umum, sang anak Edhie Baskoro Yudhoyono tidak mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Jendral.
"SBY menerima tawaran sebagai Ketua Umum karena untuk penyelamatan dan konsolidasi partai," kata pimpinan sidang, EE Mangindaan di Hotel Grand Bali Beach, Sanur Bali, Sabtu, 30 Maret 2013. Dalam KLB itu akhirnya Sby terpilih secara aklamasi.
Sebenarnya kita sudah cukup lega melihat Ibas (Edhie Baskoro
Yudhoyono) mau mundur sebagai anggota DPR karena ingin focus ke partai atau
juga terjadinya cuci gudang pengurus partai seiring terbongkarnya kasus
Hambalang. Tapi dengan susunan pengurus DPP yang baru, kita jadi bertanya-tanya
apakah Sby dan orang-orang Partai Demokrat kebingungan sendiri dalam menyikapi
perkembangan di tubuh partainya.
Dengan susunan pengurus seperti itu, PD sebenarnya hanya berganti personal saja, tapi sikap, nilai-nilai, dan kultur orang-orangnya masih sama seperti sebelumnya. Kalau mendiang Presiden AS John F. Kennedy punya motto: “Kesetiaan kepada partai berakhir ketika kesetian pada negara dimulai”, maka orang-orang PD tetap berpegang pada prinsip: “Kesetiaan terhadap partai dan kelompok semakin menjadi-jadi ketika kesetiaan terhadap negara dimulai.”
Dengan susunan pengurus seperti itu, PD sebenarnya hanya berganti personal saja, tapi sikap, nilai-nilai, dan kultur orang-orangnya masih sama seperti sebelumnya. Kalau mendiang Presiden AS John F. Kennedy punya motto: “Kesetiaan kepada partai berakhir ketika kesetian pada negara dimulai”, maka orang-orang PD tetap berpegang pada prinsip: “Kesetiaan terhadap partai dan kelompok semakin menjadi-jadi ketika kesetiaan terhadap negara dimulai.”
Para pemimpin PD saat ini mulai di daerah sampai tingkat
nasional sama sekali tak mendukung reformasi. Seperti diberitakan kompas.com,
sebelum berlangsungnya KLB, Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat M Rahmad
mengatakan sudah ada 23 DPD dan 401 DPC yang menyatakan dukungannya supaya Ani
Yudhoyono maju sebagai ketua umum. Namun, kata Rahmad, pengurus-pengurus juga
mendukung SBY sebagai ketum.
Fenomena ini menunjukan bahwa kebanyakan pimpinan Partai Demokrat di daerah tak memiliki visi bagaimana membangun budaya politik yang modern dan sehat. Mereka masih menginginkan perangkapan jabatan di pemerintahan dan partai yang sangat koruptif. Mereka tampaknya juga mendukung pelestarian politik dinasti dan nepotisme.
Sementara untuk pemimpin nasionalnya terwakili oleh Jero Wacik yang meminta kalau di Indonesia ada pejabat negara yang merangkap jabatan di partai politik jangan terlalu dibesar-besarkan karena di China pejabat juga pengurus partai . Dia lupa kalau China itu negara komunis yang memungkinkan perangkapan jabatan di pemerintahan dan partai. Wacik juga meminta masyarakat jangan berprasangka buruk jika para pejabat negara yang mengurusi partai politik tidak akan fokus bekerja.
sumber: tempo.co.id, kompas.com
Fenomena ini menunjukan bahwa kebanyakan pimpinan Partai Demokrat di daerah tak memiliki visi bagaimana membangun budaya politik yang modern dan sehat. Mereka masih menginginkan perangkapan jabatan di pemerintahan dan partai yang sangat koruptif. Mereka tampaknya juga mendukung pelestarian politik dinasti dan nepotisme.
Sementara untuk pemimpin nasionalnya terwakili oleh Jero Wacik yang meminta kalau di Indonesia ada pejabat negara yang merangkap jabatan di partai politik jangan terlalu dibesar-besarkan karena di China pejabat juga pengurus partai . Dia lupa kalau China itu negara komunis yang memungkinkan perangkapan jabatan di pemerintahan dan partai. Wacik juga meminta masyarakat jangan berprasangka buruk jika para pejabat negara yang mengurusi partai politik tidak akan fokus bekerja.
sumber: tempo.co.id, kompas.com