Pertarungan antara Jokowi dan Foke dalam Pilgub DKI Jakarta sesungguhnya adalah pertarungan
antara dua ideology pembangunan: kapitalisme dan kerakyatan
(Pancasila)
Seperti diketahui meskipun secara resmi Pancasila telah ditetapkan sebagai ideologi negara tapi secara defacto tidak pernah dilaksanakan dalam praktek pembangunan di Indonesia. Sebagai gantinya yang diterapkan dalam pembangunan adalah ideolog kapitalisme yang mengutamakan akumulasi modal dan pasar bebas.
Ideologi kapitalisme seperti
diterapkan Foke di DKI selama ini menempatkan modal besar sebagai motor
pembangunan. Mereka boleh melakukan ekspansi usaha apa saja tanpa
batas. Kalau perlu dengan menyingkirkan pemukiman legal maupun
liar, usaha kecil dan menengah tanpa harus memikirkan bagaimana
hidup mereka selanjutnya. Mereka juga tak wajib memikirkan daya dukung
lingkungan. Termasuk dampaknya terdapat banjir dan kemacetan
lalu-lintas. Tujuan tunggal mereka hanyalah akumulasi modal
Peranan penguasa di sini sebagai agen untuk
mengamankan usaha mereka dari hambatan warga kota yang lahannya diincar
untuk pengembangan usaha. Dan dari tuntutan para buruh yang menginginkan
kenaikan upah
Sementara ideologi Pancasila yang selama ini
diterapkan Jokowi di Solo memprioritaskan pembangunan kepada
kelompok masyarakat yang belum beruntung. Penguasa wajib
memberdayakan dan melindungi mereka dari ancaman pemodal besar agar usaha
kecil dan menengah juga bisa berkembang
dan kesejahteraan masyarakat bisa meningkat secara
wajar. Aktivitas modal besar wajib dikendalikan agar tidak melampaui daya
dukung lingkungan.
Dengan ideologi yang diusung Jokowi ini tak mengherankan
kalau kemudian muncul isu para pengusaha besar rame-rame menggerojok dana agar
Foke memenangkan pertarungan. Mereka tidak ingin ekspansi usaha mereka
terhambat di Jakarta karena Jokowi yang menjadi Gubernurnya. Sebab ia
satu-satunya kepala daerah yang berani menolak pembangunan mal seperti yang
terjadi di Solo.
Pertarungan Jokowi dan Foke adalah pertarungan antara
perubahan dan status-quo. Kemenangan Jokowi
mungkin akan membuka jalan bagi persemaian ideologi
Pancasila di tingkat nasional dan juga di daerah-daerah.
Sedangkan kalau Foke menang itu artinya kapitalisme tetap jaya di Indonesia. Karena
Jakarta adalah barometer