Kamis, 29 Januari 2015

Letusan Krakatau Rontokkan Kerajaan-Kerajaan Besar Dunia

Salah satu letusan gunung yang paling dahsyat yang pernah terjadi di Indonesia adalah letusan Gunung Krakatau pada tahun 535.

Buku Raja-Raja Jawa (Pustaka Raja) meluksikan letusan itu sebagai berikut:
“Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera.” .


Pakar geologi Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer

Seorang bishop Siria, John dari Efesus, menulis sebuah catatan kejadian di antara tahun 535 - 536 Masehi, ”Ada tanda-tanda dari Matahari, tanda-tanda yang belum pernah dilihat atau dilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung sampai 18 bulan. Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun samar-samar. Setiap orang mengatakan bahwa Matahari tak akan pernah mendapatkan terangnya lagi” .

Dokumen pada masa Dinasti Cina mencatat : “Suara guntur yang sangat keras terdengar ribuan mil jauhnya ke baratdaya Cina”. (Semua kutipan diambil dari buku Keys, 1999 : Catastrophe : A Quest for the Origins of the Modern Worlds, Ballentine Books, New York).

Itu adalah sejumlah catatan dokumen sejarah yang bisa benar atau diragukan. Tetapi, penelitian selanjutnya menemukan banyak jejak ion belerang yang berasal dari asam belerang vulkanik pada contoh-contoh batuan inti (core) di lapisan es Antartika dan Greenland. Ketika ditera umurnya : 535-540 AD. Jejak2 belerang vulkanik tersebar pada  kedua belahan bumi : selatan dan utara. Benda-benda itu dari mana lagi kalau bukan berasal dari sebuah gunung api di wilayah Equator? Data-data yang berhasil dikumpulkan semua  menunjuk ke satu titik di Selat Sunda : Krakatau. Disimpulkan letusan Krakatau Purbalah penyebab semua itu.

Letusan Krakatau Purba begitu dahsyat, sehingga dituduh sebagai penyebab semua abad kegelapan di dunia. Penyakit sampar Bubonic (Bubonic plague) terjadi karena temperatur mendingin menyusul terjadinya letusan. Penyakit ini secara signifikan telah mengurangi jumlah penduduk di seluruh dunia.

Segera sesudah letusan dahsyat itu, peradaban dan kota-kota besar dunia mengalami keruntuhan. Di antaranya peradaban Persia Purba,  transmutasi dari Kerajaan Romawi ke Kerajaan Bizantium,  dan peradaban South Arabian. Selain itu rival Katolik terbesar (Arian Crhistianity) tamat, negara metropolis Teotihuacan runtuh, kota besar Maya Tikal musnah, dan peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki jatuh. Kata Keys (1999), semua peristiwa abad kegelapan dunia ini terjadi karena bencana alam yang mahabesar, yang membuat cahaya dan panas Matahari redup selama 18 bulan, dan menyebabkan iklim global mendingin.

K. Wohletz, seorang ahli vulkanologi di Los Alamos National Laboratory, mendukung penelitian David Keys, melalui serangkaian simulasi erupsi Krakatau Purba yang terjadi pada abad keenam Masehi. Artikelnya “Wohletz, 2000 : Were the Dark Ages Triggered by Volcano-Related Climate Changes in the Sixth Century ?  If So, Was Krakatau Volcano the Culprit?” (“Wohltz 2000, Apakah Abad Kegelapan Dipicu oleh Perubahan-Perubahan Iklim yang berkaitan dengan Gunung Berapi pada Abad Keenam? Kalau, Ya, Apakah Gunung Krakatau Sang Tersangka?”)

EOS Trans American Geographys Union 48/81, F1305 menunjukkan simulasi betapa dahsyatnya erupsi ini. Inilah beberapa petikannya. Erupsi sebesar itu telah melontarkan 200 km3 dan  membuat kawah 40-60 km. Letusan hebat terjadi selama 34 jam, tetapi kemudian berlanjut selama 10 hari dengan kecepatan pelepasan material vulkanik sebesar 1 miliar kg/detik. Gelembung asap yang keluar bersama letusan telah membentuk perisai di atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur 5-10 derajat selama 10-20 tahun.

David Keys, Ken Wohletz, dan banyak ahli lainnya membuat asumsi bahwa  suatu letusan gunung api yang keras, yang kemungkinan berasal dari Gunung Krakatau, pada tahun 535 yang bertanggungjawab terhadap perubahan iklim global pada tahun  535–536.  Key mengungkapkan apa yang ia percaya sebagai efek global yang punya jangkauan yang sangat jauh dan radikal itu dalam bukunya “Catastrophe: An Investigation into the Origins of the Modern World”.


Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung.

Recent Posts