Salah satu letusan gunung yang paling
dahsyat yang pernah terjadi di Indonesia adalah letusan Gunung Krakatau pada
tahun 535.
Buku Raja-Raja Jawa (Pustaka Raja) meluksikan letusan itu sebagai berikut:
Buku Raja-Raja Jawa (Pustaka Raja) meluksikan letusan itu sebagai berikut:
“Ada suara guntur yang menggelegar berasal
dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total,
petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan
seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari
Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air
menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau
Sumatera.” .
Pakar geologi Berend George Escher dan
beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal
dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara.
Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau
Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya
mencapai 11 kilometer
Seorang bishop Siria, John dari Efesus,
menulis sebuah catatan kejadian di antara tahun 535 - 536 Masehi, ”Ada
tanda-tanda dari Matahari, tanda-tanda yang belum pernah dilihat atau
dilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung
sampai 18 bulan. Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun
samar-samar. Setiap orang mengatakan bahwa Matahari tak akan pernah mendapatkan
terangnya lagi” .
Dokumen pada masa Dinasti Cina mencatat : “Suara
guntur yang sangat keras terdengar ribuan mil jauhnya ke baratdaya Cina”.
(Semua kutipan diambil dari buku Keys, 1999 : Catastrophe : A Quest for the
Origins of the Modern Worlds, Ballentine Books, New York).
Itu adalah sejumlah catatan dokumen sejarah
yang bisa benar atau diragukan. Tetapi, penelitian selanjutnya menemukan banyak
jejak ion belerang yang berasal dari asam belerang vulkanik pada contoh-contoh
batuan inti (core) di lapisan es Antartika dan Greenland. Ketika ditera umurnya
: 535-540 AD. Jejak2 belerang vulkanik tersebar pada kedua belahan bumi : selatan dan utara. Benda-benda
itu dari mana lagi kalau bukan berasal dari sebuah gunung api di wilayah
Equator? Data-data yang berhasil dikumpulkan semua menunjuk ke satu titik di Selat Sunda :
Krakatau. Disimpulkan letusan Krakatau Purbalah penyebab semua itu.
Letusan Krakatau Purba begitu dahsyat,
sehingga dituduh sebagai penyebab semua abad kegelapan di dunia. Penyakit
sampar Bubonic (Bubonic plague) terjadi karena temperatur mendingin menyusul
terjadinya letusan. Penyakit ini secara signifikan telah mengurangi jumlah
penduduk di seluruh dunia.
Segera sesudah letusan dahsyat itu, peradaban
dan kota-kota besar dunia mengalami keruntuhan. Di antaranya peradaban Persia Purba,
transmutasi dari Kerajaan Romawi ke
Kerajaan Bizantium, dan peradaban South
Arabian. Selain itu rival Katolik terbesar (Arian Crhistianity) tamat, negara
metropolis Teotihuacan runtuh, kota besar Maya Tikal musnah, dan peradaban
Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki jatuh. Kata Keys (1999), semua
peristiwa abad kegelapan dunia ini terjadi karena bencana alam yang mahabesar,
yang membuat cahaya dan panas Matahari redup selama 18 bulan, dan menyebabkan
iklim global mendingin.
K. Wohletz, seorang ahli vulkanologi di Los
Alamos National Laboratory, mendukung penelitian David Keys, melalui
serangkaian simulasi erupsi Krakatau Purba yang terjadi pada abad keenam Masehi.
Artikelnya “Wohletz, 2000 : Were the Dark Ages Triggered by Volcano-Related
Climate Changes in the Sixth Century ? If So, Was Krakatau Volcano the Culprit?” (“Wohltz
2000, Apakah Abad Kegelapan Dipicu oleh Perubahan-Perubahan Iklim yang
berkaitan dengan Gunung Berapi pada Abad Keenam? Kalau, Ya, Apakah Gunung
Krakatau Sang Tersangka?”)
EOS Trans American Geographys Union 48/81,
F1305 menunjukkan simulasi betapa dahsyatnya erupsi ini. Inilah beberapa
petikannya. Erupsi sebesar itu telah melontarkan 200 km3 dan membuat kawah 40-60 km. Letusan hebat terjadi
selama 34 jam, tetapi kemudian berlanjut selama 10 hari dengan kecepatan
pelepasan material vulkanik sebesar 1 miliar kg/detik. Gelembung asap yang
keluar bersama letusan telah membentuk perisai di atmosfer setebal 20-150
meter, menurunkan temperatur 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
David Keys, Ken Wohletz, dan banyak ahli
lainnya membuat asumsi bahwa suatu
letusan gunung api yang keras, yang kemungkinan berasal dari Gunung Krakatau,
pada tahun 535 yang bertanggungjawab terhadap perubahan iklim global pada tahun
535–536. Key mengungkapkan
apa yang ia percaya sebagai efek global yang punya jangkauan yang sangat jauh
dan radikal itu dalam bukunya “Catastrophe: An Investigation into the Origins
of the Modern World”.
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga
perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat
Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau
Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai
Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung.