Sabtu, 11 Agustus 2012

Gagasan-Gagasan Besar Dahlan Iskan Terganjal





Begitu dilantik menjadi Menteri BUMN, Dahlan Iskan langsung tancap gas dengan meluncurkan gagasan-gagasan yang revolusioner.  Perombakan besar-besaran para personil di lingkungan BUMN yang dipimpinnya,  pembubaran Petral, pembuatan mobil nasional berbasis listrik, pembatasan penggunaan BBM murah dengan menggunakan tehnologi, dan gaya memerintah yang populis.

Sudah bisa ditebak beberapa gagasannya yang revolusioner itu segera membentur batu cadas. Walau terbukti anak perusahaan Pertamina, Petral, cara kerjanya bak siluman (kantornya saja di Singapura), namun Dahlan Iskan tak kuasa membubarkannya. Satu per satu orang di sekitar pertamina, termasuk dirut  yang ditunjuknya sendiri, memilih mempertahankan perusahaan tersebut.

Petral sering disebut-sebut sebagai sarang korupsi. Perusahaan ini dianggap sebagai  ajang para kroni penguasa berbagi rezeki. Ketika mendapatkan tugas melaksanakan tugas trading untuk induknya, Pertamina, Petral malah mensubkan pekerjaan ini pada perusahaan-perusahaan swasta. Kontan orang-orang jadi curiga ada apa dengan semua ini.

Sebagai perusahaan yang melaksanakan tugas trading, Petral berkewajiban menjual  minyak yang diproduksi Pertamina sekaligus melakukan impor untuk menambal kekurangan produksi BBM di dalam negeri. Tapi pekerjaan mengimpor BBM ditenderkan (entah beneran atau akal-akalan) kepada perusahaan-perusahaan swasta.

Masyarakat jadi bertanya-tanya kenapa Petral tak melakukan pembelian langsung ke produsen. Kenapa harus menggunakan jasa makelar. Percuma saja Pertamina mendirikan perusahaan trading tapi pekerjaannya diserahkan pihak lain. Lalu berhembus isu terjadinya  berbagai permainan yang merugikan negara dan masyarakat. Di antaranya BBM yang dibeli Pertamina harganya tinggi, namun yang diterima masyarakat minyak berkualitas rendah karena sudah dioplos.

Selain itu ketika harga minyak tinggi, Pertamina tak bisa begitu saja berpindah ke negara yang menjual BBM dengan harga murah.  Tak heran muncul isu ketika Iran menjual minyak dengan harga murah, Indonesia tak bisa ikut membelinya karena  hak mendatangkan BBM dari luar negeri sudah diserahkan kepada perusahaan-perusahaan lain.  Hingga akhirnya pemerintah memilih opsi  menaikan harga BBM yang kemudian mendapatkan tantangan keras dari masyarakat dan akhirnya batal.

Terus menurunnya produksi BBM di Indonesia ditengarai  karena pengaruh importir-importir minyak tersebut.  Mereka tak rela kehilangan sumber pemasukan yang begitu menggiurkan yang  bisa terjadi kalau produksi  BBM dalam negeri terus meningkat. Karena itu mereka akan melakukan  apa saja biar produksi BBM dalam negeri mengalami stagnasi.

Lalu tentang gagasan memproduksi mobil nasional berbasis energi listrik, tampaknya tk didukung penuh dari sejumlah menteri terkait  seperti  Menko Ekonomi, Hatta Radjasa, dan Menristek. Mereka tampaknya punya proyek sendiri berkaitan dengan mobil listrik ini. Dahlan merangkul para ahli mobil yang pernah bekerja di industry mobil dunia sedangkan menteri-menteri itu menggandeng LIPI.

Yang terakhir, soal pembatasan bensin untuk mobil pribadi yang semula akan diberlakukan Juni atau Agustus mundur lagi tahun depan. Dan setelah kebijakan itu diluncurkan, pemerintah lebih cenderung melakukan pembatasan pada mobil pemerintah dan dilakukan secara manual dengan menggunakan stiker.
Tarik ulur ini disinyalir karena tantangan yang keras dari para importir mobil yang khawatir bisnisnya terganggu karena barang dagangan mereka harus mengkonsumsi pertamak yang harganya menggunakan standar internasional. Lobi mereka di pemerintahan sangat kuat karena pemiliknya ada yang menjadi politisi top di republik ini.

Sedangkan kebijakan Dahlan merombak personal BUMN mulai tingkat komisaris sampai direksi dan jajarannya ditentang oleh menteri-menteri ekonomi karena mereka tak dilibatkan. Bahkan Dahlan Iskan mengaku mendapatkan kartu kuning tiga kali dari pembantu Presiden , Dipo Alam.

Dahlan Iskan mulai mendapatkan simpati masyarakat karena ia mau turun ke bawah. Misalnya saja turun ke sawah dan menginap di rumah petani untuk menggali permasalahan BUMN bidang pangan, naik kereta ekonomi untuk mengetahui kekurangan layanan BUMN transportasi, dan juga membuka pintu tol ketika terjadi antrean panjang secara spontan.
Sumber:

Recent Posts